Tren Mi Sehat Rambah Pasaran, Siap Raih Cuan Besar
Jakarta, Trenz Lifestyle |Para penggemar kuliner mi, rasanya akan rugi bila tak menyambangi resto satu ini, Cafe dan Kitchen Industri Mie 1938. Lokasi resto mudah ditemui dan tempatnya pun leluasa. Selain nyaman, menu-menu mi yang ditawarkan pun harganya bersahabat, sehat dan halal pula.
Menurut Jenny Widjaja sang pemilik resto yang juga President Director RB Elektronik saat dijumpai media Kamis (11/3) menyebutkan dirinya membuka resto bukan semata mencari untung, tetapi dia ingin menyediakan makanan yang sehat dan halal pula.
“Menu makanan mi yang disediakan di Industri Mie 1938 ini semuanya dibuat tanpa menggunakan pengawet. Mi yang disajikan langsung dibuat sendiri dihadapan konsumen,” tegasnya.
Ditambahkan Jenny, bahan-bahan pembuat mi dari terigu, telur dan air, langsung diolah. Setelah jadi langsung dimasak. Mi yang dibuat, tanpa pakai pengawet makanan dan pewarna makanan sintetis.
“Bahan untuk bikin mi sudah terjamin kebersihan dan kualitasnya, mulai dari terigu, telur dan airnya. Kami tidak menggunakan pengawet makanan dan air abu. Untuk warna mi yang ada di sini, kami gunakan bahan dari alami. Misalnya untuk warna merah dipakai air buah naga. Warna hijau yang ada di mi, kami gunakan spirulina dan untuk warna ungu, kami pakai ubi ungu,” jelasnya.
Ada beberapa menu mi yang bisa menjadi pilihan untuk Anda santap dengan harga bervariasi. Anda dapat menyantap mi spirulina ayam kampung seharga Rp 25.000, mi spirulina ayam kecap Rp 20.000, mi gandum ayam kampung Rp 25.000, bihun ayam kecap Rp 15.000 dan lain-lain.
Untuk pelengkap mi ayam, Anda bisa memilih bakso goreng greget, bakso sapi, pangsit goreng dan pangsit rebus. Harga menu tambahan itu juga relatif aman untuk kantong Anda.
Di restoran yang berlokasi di Sentra Bisnis Artha Gading Blok A7-D Kav No 15 Kelapa Gading, Jakarta Utara ini, pengunjung dapat mengambil kuahnya sendiri di tempat yang sudah disediakan. Ada kuah ayam dan kuah sapi, semua disediakan sesuai selera pengunjung. Selain itu juga Anda dapat mengambil daun bawang, bawang goreng, toncai, sambal dan saos sesukanya.
“Kelebihan mi ayam dari kami adalah bahan baku mi yang bebas dari pengawet, selain itu daging ayamnya juga masih segar, dan bumbu-bumbu racikannya dibuat sendiri dan tentunya faktor kehalalan,” imbuh Jenny.
Selain mi, cafe atau restoran ini juga menyediakan minuman sehat lainnya seperti, jus alpukat, jeruk, lemon tea dan lain-lain. Yang paling mengasyikkan pengunjung bisa juga mengisi ulang minuman secara gratis berupa teh hangat ataupun dingin. Bahkan resto ini juga menyediakan kopi bagi penggemar kopi.
Makan sambil Bisa Bikin Mi
Boleh jadi tidak banyak restoran yang menyajikan mi sambil pengunjung bisa melihat cara membuat mi. Tapi di resto Industri Mi 1938, pengunjung bisa melihat sang koki membuat mi dengan alat yang berada di meja dapur. Alat pembuat mie memang sengaja diletakkan di meja tinggi depan dapur. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa mi yang disantap saat itu memang mi asli tanpa pengawet bahan makanan dan pewarna sintetis serta tanpa pakai air abu.
“Memang kami sengaja meletakkan mesin mi itu supaya pengunjung bisa melihat proses pembuatannya. Mulai dari adonan sampai proses masaknya. Jadi, saya membuka restoran ini selain menyediakan makanan sehat juga mengedukasi pengunjung cara membikin mi yang sehat,” kata Jenny.
Untuk mesin pembuatan mi, Jenny menyediakan bila pengunjung ada yang berniat ingin membuka usaha penjualan mi. Untuk saat ini telah hadir alat pembuat mi RB Noodle S Pro 10.
“Ini merupakan mesin mi otomatis pertama di Indonesia. proses pembuatan mi lebih mudah dan penyajiannya pun bisa langsung saat itu. Mesin mi otomatis ini untuk saat dijual seharga Rp 22 jutaan,” terangnya.
Dijelaskan Jenny lebih lanjut, “Bagi pembeli mesin mi ini, kami akan memberikan juga pelatihan cara pemakaian dan pembuatan mi sampai mahir. Jadi, kami tidak hanya menjualnya saja. Mesin ini memberikan banyak kemudahan bagi Anda yang mau mulai berwirausaha. Kami juga memberikan pelatihan kepada para UMKM,” tutur Jenny.
Berbisnis pembuatan mi ataupun menjual mi tidaklah rugi. “Membuat mi mentah sendiri, baik untuk digunakan sendiri atau uuntu usaha, lebih menguntungkan dibandingkan harus membeli mi mentah di pasaran,” pungkasnya. (Pam)