Pontjo Sutowo Terbitkan Buku ‘Menggalang Ketahanan Nasional dengan Paradigma Pancasila’
Telescopemagz.com – Menggelorakan kembali nilai-nilai dalam paradigma Pancasila, Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) bekerjasama dengan Penerbit Buku Kompas Gramedia, menerbitkan buku “Menggalang Ketahanan Nasional dengan Paradigma Pancasila”.
Buku dari hasil rangkuman diskusi panel serial bertema “Menggalang Ketahanan Nasional untuk Menjamin Kelangsungan Hidup Bangsa”, diselenggarakan oleh Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, Aliansi Kebangsaan dan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan putra putri TNI – Polri. Buku ini juga sebagai “kado” HUT Kemerdekaan RI ke-175 pada 17 Agustus mendatang dan juga sebagai dasawarsa ketiga abad ke-21 dan milenial ke-3 di tahun ini. Hadir dalam peluncuran tersebut juga Nurrachman, mantan duta besar RI serta Prof Laode Kamaludin.
Pontjo Sutowo selaku Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, yang juga Ketua Aliansi Kebangsaan pada saat peluncuran buku, Rabu (4/3/2020), di The Sultan Redidence Jakarta mengatakan, ketahanan nasional yang dimaknai selama ini sudah jauh berbeda dengan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dihadapi saat ini.
“Ancaman hari ini sudah jauh berbeda dengan 75 tahun lalu. Kalau dulu konfliknya militer, sekarang bukan militer lagi. Sayangnya, meskipun sudah berubah tapi persepsi masyarakat dan sebagian pemimpin kita saat ini masih seperti dulu. Kita ini sepertinya tetap mempersiapkan diri untuk perang yang sudah lewat,” ujar Pontjo.
Padahal masa lalu, saat ini, dan akan datang pada hakekatnya merupakan proses perjalanan sejarah bangsa yang sifatnya berkesinambungan, meskipun tidak selamanya berjalan linier. Sebaliknya, lanjut Pontjo, penuh dengan dinamika fluktuatif akibat pertarungan kepentingan subjektif berbagai bangsa atau negara lain terhadap Indonesia. Konflik bangsa juga akibat dari segala pergolakan internal beserta implikasinya yang mengakibatkan “residual problems” bangsa.
Pontjo mengingatkan dengan hadirnya buku ini mengingatkan kembali pentingnya Pancasila demi Kemerdekaan, Keindonesiaan, Kemakmuran, Keadilan dan Kemartabatan (5K) yang semuanya terealisasi di semua lini kehidupan. Tentu juga agar ketahanan, kedaulatan dan kemandirian berbangsa dan bernegara terasa kuat dan jaya.
Menurut Pontjo, bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dilancarkan lawan saat ini sangatlah sulit dideteksi, karena menggunakan kombinasi teknik perang militer dan non militer. “Perang sekarang telah beralih ke ranah sosial-ekonomi dan sosio-budaya, termasuk memengaruhi pola-pikir (mindset) bangsa lain,” tambahnya.
Untuk tidak mengulangi berbagai kajian tentang ketahanan nasional yang sudah dilakukan berbagai kalangan selama ini, maka YSNB, FKPPI, dan Aliansi Kebangsaan melalui berbagai diskusi yang diadakan, lebih mengkaji ketahanan nasional melalui pendekatan budaya dan peradaban bangsa, dengan melihat dari berbagai perspektif dan sudut pandang.
Buku ini terbit dari hasil Diskusi Panel Serial (DPS) selama 18 bulan oleh YSNB, Aliansi Kebangsaan serta FKPPI, yang berlangsung sejak 8 April 2017 hingga 3 November 2018. Buku setebal 266 halaman tersebut akan dibedah lebih lanjut sesuai masing perspektif, dimulai pada hari Sabtu (7/3/2020).
“Masyarakat perlu tahu secara luas apa yang menjadi ancaman kita sekarang, dan mari kita hadapi bersama-sama dengan membangun ketahanan nasional kita,” kata Nurrachman.
Dalam aktualisasi ketahanan nasional menghadapi bentuk ancaman baru dewasa ini, maka Aliansi Kebangsaan dan YSNB bekerjasama dengan Forum Rektor Indonesia (FRI) dan Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), kini juga tengah melakukan serial diskusi menyangkut tiga ranah pembangunan nasional, yakni ranah mental-spiritual, ranah institusional sosial-politik, dan ranah material teknologikal.
Pengembangan ranah mental-spiritual diarahkan untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang berkepribadian, dengan nilai utamanya berlandaskan sila pertama, kedua, dan sila ketiga Pancasila. Pengembangan ranah institusional-politik diarahkan untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, dengan nilai utamanya berdasarkan sila keempat. Sedangkan pengembangan ranah material-teknologikal diarahkan untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan berkesejahteraan umum, dengan nilai utamanya berlandaskan sila kelima.
Menurut Nurrachman, ketahanan nasional menurut visi Pancasila adalah fungsi dari ketahanan mental-spiritual, ditambah fungsi institusional-politikal, serta fungsi material teknologikal. Pancasila bisa dijadikan tolok ukur paradigma untuk mengembangkan dan menguji sistem ketahanan nasional kita.
“Pancasila sebagai gatra ideologi tidak ditempatkan sejajar dengan gatra politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan keamanan, melainkan berdiri di atas gatra-gatra lainya,” tandas Nurrachman.
Pewarta : Edi Triyono
Editor : Ari Utari