Optimis PHE Mampu Kelola Blok-Blok Terminasi
Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Huddie Dewanto tampak optimis dengan keberlangsungan produksi PHE. Huddie yang saat ini menggantikan posisi R. Gunung Sardjono Hadi juga menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Layanan Bisnis, tak menjadikan tugasnya terbebani.
Bahkan dengan keberhasilan PHE yang baru saja menerima alih kelola dua blok tereminasi yang saat ini 100 persen yang sahamnya dimiliki Pertamina, yaitu Blok Tuban dan Blok Ogan Kemiring, menjadikan pelecut semangat bagi Huddie untuk terus bisa mengelola PHE secara profesional.
Menurut Sarjana Akutansi dari Universitas Gajah Mada ini, pengelolaan kedua blok ini akan menandai perjalanan 11 tahun PHE. “Dengan kepercayaan untuk mengelola dua blok yang dianggap strategis bagi pengembangan PHE, menjadi kesempatan yang baik untuk PHE semakin berkembang,” katanya ramah, di ruang kerjanya di Lantai 25 Gedung PHE, di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Menurutnya, dua blok ini dikelola penuh dan penguasaan hak partisipasi oleh PHE mulai Mei 2018, sementara PHE South East Sumatera (SES) akan mulai bergabung pada September 2018.
Huddie optimis masuknya Blok SES akan mendongkrak produksi migas PHE hingga menembus 203 ribu barrel oll equivalent per day (boepd). Itu artinya dengan produksi tersebut, ditambah dengan efisiensi yang terus dijalankan, PHE menargetkan bisa menjadi kontributor laba terbesar sebagai anak usaha hulu PT Pertamina (Persero) pada dua hingga tiga tahun ke depan.
Kemampuan PHE dalam pengelolaan lapangan offshore tidak diragukan lagi, terbukti dengan SDM yang cukup mumpuni secara skill dan teknologi, PHE dinilai cukup berhasil dalam mengelola lapangan di Offshore North West Java (PHE ONWJ), West Madura Offshore (PHE WMO), dan North Sumatera Offshore (NSO).
PHE menjadi kepanjangan tangan pemerintah yang mendapat penugasan mengelola sejumlah blok habis kontrak (terminasi). Empat blok minyak dan gas terminasi di tahun 2018 yang ditugaskan pemerintah ke Pertamina diserahkan ke PHE, yaitu Tuban, Ogan Kemiring, SES dan North Sumatera Offshore (NSO).
“Dengan skema PSC gross split, risiko finansial akan ditanggung sepenuhnya oleh PHE sebagai kontraktor. Ke depan, PHE harus tetap berkembang dan makin kuat, baik secara fundamental operasional maupun keuangan dan tetap menjadi salah satu backbone Pertamina di hulu untuk bisa meningkatkan produksi dan cadangan. Kami berharap keberlanjutan PHE tetap terjaga,“ katanya.
Strategi yang akan dilakukan PHE juga adalah dengan peningkatan teknologi, karena secara operasional konvensional saja tidak cukup, karena perusahaan lain juga sudah melakukan terobosan. “PHE akan mengadopsi teknologi baru untuk meningkatkan produksi dari segi subsurface maupun operasionalnya.“
Menurutnya, usia PHE yang sudah menginjak tahun ke-11 sudah banyak menuai prestasi, mulai dari awal berdiri hingga sekarang ini. Selama 11 tahun pengintegrasian dari aset-aset PHE cukup berhasil, operasional produksi maupun finansial meningkat terus. Bahkan tahun lalu, termasuk prestasi atau kinerja yang sangat tinggi bagi PHE.
————————————————————————————————————————–
Huddie Dewanto, lahir pada tanggal 11 Desember 1963 di Jakarta, dan saat ini berdomisili di Depok, Jawa Barat. Mulai menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Business Support di PT Pertamina Hulu Energi terhitung sejak 5 Februari 2018 untuk masa jabatan 1 periode (3 tahun) atau sampai dengan RUPS Perusahaan memutuskan lain.
Sarjana Ekonomi Akutansi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 1989 dan gelar S2 jurusan Ekonomi Akutansi di Cast Western Resert University tahun 1997.
Beberapa jabatan penting yang pernah didudukinya di Pertamina antara lain, Manajer Pendanaan di PT Pertamina (Persero) tahun 2007, Manager Corporate Financing di PT Pertamina (Persero) tahun 2011, VP Financing tahun 2011-2013, Director Finance and Commercial di PIEP Indonesia-Jakarta tahun 2016.