Konsep SIDLAKOM Bagian dari Big Data, Percepat Kinerja Ditjen Bina Marga

Konsep SIDLAKOM (Survey Investigation, Design, Land Acquisititon, Konstruksi dan Operation and Maintenance) sudah mulai diterapkan Ditjen Bina Marga. Konsep ini bagian dari upaya mewujudkan visium di tahun 2030 dari Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Pembangunan Rakyat). SIDLAKOM sebagai bagian dari konsep Big Data dari arah penggunaan teknologi 4.0, merupakan langkah strategis dan efektif, untuk mengejar target pada pemerintahan Presiden Jokowi saat ini. Demikian dikatakan Dirjen Bina Marga, Kementerian PUPR, Ir. Sugiyartanto, M.T dalam paparannya pada acara Konferensi Nasional Teknik Jalan ke-10 (KNTJ 10), yang diadakan di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, pada Selasa (5 November 2019).
SIDLAKOM diatur dalam Peraturan Menteri PU Nomor 603 Tahun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Pekerjaan Umum
Menurut Sugiyartanto, beberapa contoh teknologi yang dihasilkan baik sistem, aplikasi, dan website digunakan untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien, diantaranya Aplikasi Jalan Kita (JAKI) untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat, In-SLOPE untuk inventarisasi dan inspeksi lereng, Invi-J untuk inspeksi jembatan, SINDILA untuk menginformasikan kemacetan, teknologi WIM-Bridge untuk memantau kendaraan ODOL (Over Dimension Over Load), SHMS (Structural Health Monitoring System) untuk memantau jembatan, IRMS (Indonesia Road Management System) untuk menentukan perencanaan dan pemrograman jalan, dan BIM (Building Information Modelling) untuk merepresentasi digital dari karakteristik fisik bangunan.
“Nah di SIDLAKOM inilah, punya nilai yang cukup signifikan, dan juga di dalam proses pembangunan kita memerlukan tenaga-tenaga baru yang cukup komprehensif dan cukup komplet, apalagi rentang kendala kita di Indonesia juga cukup luas. Kita berharap pada SDM yang unggul teknologi untuk pengerjaan berbagai pekerjaan besar,” ujarnya,
Sugiyartanto berharap semua desain-desain sudah bisa mengakomodasi dengan Big Data. Konsep ini akan menjadikan pekerjaan lebih handal, termasuk di dalam pelaksanaannya, juga bisa mengakomodasi bagaimana keterlibatan milenial yang sudah mengenal basis teknologi ini.
Menurut Sugiyartanto di era teknologi 4.0 yang dimaksud dengan Big Data adalah penggunaan data digital yang tidak hanya dalam volume yang sangat besar, melainkan juga dengan banyak jenis dan sangat dinamis. Teknologi Big Data sebagai media penyimpanan data dengan ruang yang tidak terbatas, serta kemampuan untuk mengakomodasi dan memproses berbagai jenis data dengan sangat cepat.
Transaksi, interaksi, dan observasi teknologi Big Data menggunakan jaringan internet, jaringan komunikasi, maupun jaringan satelit. Teknologi Big Data digunakan untuk mempermudah dalam pemecahan suatu masalah yang memiliki karakteristik 5V yaitu Volume ((jumlah data yang besar), Velocity (data yang dinamis), Variety (data yang beragam jenis), Veracity (data yang berkualitas), dan Value (data mampu menjadi nilai).
Dasar dari kebijakan penggunaan teknologi Big Data sesuai dengan Kebijakan Satu Peta yang mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2016 dan Kebijakan Satu Data yang mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 sebagai salah satu bentuk teknologi Big Data.
Menurut Sugiyartanto, sesuai dengan kewenangannya Ditjen Bina Marga bertanggung jawab langsung pada penanganan jaringan jalan nasional sepanjang 47.017 km dan jembatan sepanjang 496.080 m. Seluruh pengelolaan data jalan dan jembatan ini melakukan sistem Internet of Things (IoT).
Keseluruhan data tersebut ditindaklanjuti dengan analisis agar dapat menghasilkan model yang bermanfaat untuk memprediksi program pemeliharaan jalan dan peningkatan kinerja jalan. Berdasarkan data yang handal diharapkan dapat menciptakan model prediksi yang presisi, sehingga menciptakan kinerja yang tepat waktu, tepat penanganan, efisien serta pelayanan prima kepada masyarakat.
Tahapan yang dilakukan untuk mendukung pemeliharaan sistem Big Data di Ditjen Bina Marga diantaranya, digitasi dokumen dan disimpan di cloud services. Perbaikan bertahap kualitas pengumpulan data dari visual manual dengan otomatisasi. Merintis data real time terkait volume dan beban lalu lintas, serta kondisi jalan dan jembatan dengan pemasangan sensor.
“Semua basis data kita yang dalam kapasitas big data istilahnya, sudah kita tampung. Semua boleh memberikan masukan melalui aplikasi. Semua aplikasi kita jadikan satu untuk dijadikan IRMS. Terpenting, dalam penggunaan teknologi 4.0 kita tidak akan tinggalkan ilmu lama dari para senior kita, makanya senior tidak merasa ditinggalkan. Tinggal bagaimana ilmu dan teknologi yang ada bisa mempercepat, memperkaya, melengkapi dan menggunakan dengan sebaik-baiknya. Nantinya, produk penggunaan teknologi ini akan lebih memudahkan seperti penggunaan 3 dimensi akan terlihat lebih aktual, real. Sehingga kalau desain jembatan tebal beton, jumlah besi, jarak antara besi dalam pondasi dengan segala macam, akan lebih mudah divisualisasi dalam bentuk simulasi, akan lebih mudah diimplentasikan. Bukan multi tafsir dan akan mudah pada saat auditing karena semua tergambar, dan dalam bentuk real-nya seperti apa dari mulai proses desain sampai proses pelaksanaan dan bahkan proses pemeliharaan, sekaligus bungkusannya kualitas SDM,” jelasnya.
Menurut Sugiyartanto, agenda utama Dtjen Bina Marga sesuai Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 adalah meningkatkan produktivitas dan daya saing serta membangun Indonesia dari pinggiran untuk pemerataan kesejahteraan. Agenda utama ini sesuai pula dengan agenda Nawa Cita Pemerintah.
Kebijakan penyelenggaraan jalan ke depan akan sejalan dengan RPJMN Tahun 2020 – 2024 yang saat ini dalam tahap penyusunan di Bappenas. Namun berdasarkan Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Jalan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 26 Tahun 2017, ditetapkan Visium PUPR Tahun 2030 di bidang jalan yang berbunyi Jalan 99% mantap yang terintegrasi antar moda dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya material lokal dan menggunakan teknologi recycle.
Untuk mewujudkan Visium tersebut dapat dicapai melalui tahapan, salah satunya target yang disusun untuk Tahun 2020 – 2024 yaitu kondisi jaringan jalan sebagai berikut yaitu kondisi jalan mantap sebesar 97%, pembangunan jalan tol sepanjang 1.500 Km, pembangunan jalan baru sepanjang 2.500 Km, pembangunan jembatan / fly over sepanjang 60.000 m, dengan jumlah anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 330 Triliun dan ditambah Rp 243 Triliun dari investasi swasta.