Mengenal Filosofi Ulos : Warisan Budaya Bangsa yang Perlu Diapresiasi Lebih Dalam

 Mengenal Filosofi Ulos : Warisan Budaya Bangsa yang Perlu Diapresiasi Lebih Dalam

Bekasi, Telescopemagz | Indonesia memiliki keberagaman budaya yang luar biasa, salah satunya adalah Ulos, kain tenun asal Tapanuli yang menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Batak. Ulos bukan hanya sekadar kain untuk menutup tubuh, melainkan suatu warisan berharga yang sarat dengan makna filosofis.

Mengenal Filosofi Ulos : Warisan Budaya Bangsa yang Perlu Diapresiasi Lebih DalamUlos, yang disebut-sebut oleh masyarakat Batak sebagai warisan “adiluhung,” mengandung nilai-nilai kehidupan dan budaya dari generasi ke generasi. Namun, tren penggunaan Ulos belakangan ini menunjukkan adanya ketidakpahaman terhadap filosofi yang terkandung di dalamnya. Untuk mengatasi hal ini, Marthalena Sinaga, seorang Pemerhati Tenun Nusantara dan Penulis, bersama Jacky Simatupang, seorang ekspertis dan praktisi Ulos, berinisiatif untuk menyosialisasikan kembali makna filosofis Ulos.

“Sekarang ini yang penting disosialisasikan lagi dari Ulos adalah aspek filosofinya. Karena tidak memahami filosofi dari Ulos, menjadi seperti kain biasa,” ungkap Marthalena Sinaga. Ia merasa tergerak untuk mengurai filosofi Ulos setelah menyaksikan beberapa kesalahan kaprah dalam pemahaman dan penggunaannya.

Mengenal Filosofi Ulos : Warisan Budaya Bangsa yang Perlu Diapresiasi Lebih DalamJacky Simatupang menambahkan, “Pada setiap Ulos, memang memiliki makna. Seperti dalam Ulos ini ada gambar orang bergandengan tangan, ada flora dan fauna, semuanya itu menggambarkan makna dari kehidupan.” Ulos mengandung tagline “Dalihan Na Tolu,” yang berarti tungku berkaki tiga yang saling meneguhkan dan menguatkan, mencerminkan gaya hidup orang Batak.

Namun, kegelisahan muncul ketika Ulos tidak lagi ditempatkan pada tempat yang seharusnya. Marthalena Sinaga menyayangkan bahwa Ulos sering kali diberikan kepada orang yang tidak memahami nilai adiluhungnya, bahkan sampai dijual atau dibiarkan tergeletak begitu saja.

Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap filosofi Ulos, Marthalena Sinaga dan Jacky Simatupang mengadakan diskusi santai di sebuah resto di perbatasan Bekasi dan Bogor. Mereka berbagi ide dan rencana untuk menempatkan Ulos pada tempat yang lebih terhormat, sesuai dengan warisan yang diwasiatkan oleh nenek moyang orang Batak.

Jacky Simatupang juga menyampaikan keinginan untuk mendaftarkan Ulos sebagai warisan budaya Indonesia ke UNESCO. “Bayangkan rendang saja sudah diakui dunia, sedangkan Ulos belum terdaftar. Padahal, Ulos ini sudah lebih dari tiga ratus tahun ada di Indonesia hingga sekarang,” ujarnya.

Meski menyadari tantangan dalam mendaftarkan Ulos ke UNESCO, Jacky Simatupang dan Marthalena Sinaga sepakat bahwa pemahaman filosofis menjadi kunci utama dalam pelestarian dan pengembangan Ulos. Mereka berharap agar generasi penerus dapat memahami nilai adiluhung yang terkandung dalam warna, ukuran, dan gambar pada Ulos.

Mengenal Filosofi Ulos : Warisan Budaya Bangsa yang Perlu Diapresiasi Lebih DalamPentingnya pemahaman filosofis Ulos juga diakui oleh Ani Simanjuntak, istri Jacky Simatupang, yang aktif dalam mengenalkan aksara Batak dan Ulos kepada generasi muda. “Ini adalah warisan yang penting kita jaga dan lestarikan,” kata Ani Simanjuntak.

Dengan kerja sama antara pecinta dan kolektor Ulos, praktisi Ulos, dan pemerhati budaya, Marthalena Sinaga pun menyambut baik keinginan Ani Simanjutak itu. Dan akan dihubungkan dengan temannya di Bali.”Kenapa Bali, karena dari sanalah orang dari berbagai penjuru dunia masuk,”jelas Marthalena Sinaga. (DP/Fajar)

Fajar Irawan

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *