Lenong Gen Z di “Kenduri Urban Humanity: Refleksi Kehidupan Pemulung”

Jakarta, Telescopemagz.com | Di tengah arus globalisasi yang semakin menghantam budaya tradisional, pertunjukan lenong masih tetap berdiri tegak sebagai simbol keberagaman dan warisan budaya yang patut dilestarikan.
Pada Sabtu, 24 Februari 2024, di Sanggar Humaniora Jatisampurna Kota Bekasi, acara “Kenduri Urban Humanity: Refleksi Kehidupan Pemulung” menjadi panggung bagi pertunjukan lenong yang dibawakan oleh grup Teater Alam Sinema. Acara tersebut juga menjadi ajang diskusi yang merangkul berbagai kalangan, dari seniman hingga aktivis budaya.
Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, Iwan Burnani, menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan kebudayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa. Menurutnya, generasi muda harus diperkenalkan dengan cinta akan seni budaya sejak dini, sebagai bekal untuk menjaga warisan budaya bangsa di masa depan.
Pementasan lenong oleh Teater Alam Sinema membawa cerita “Bukan Urban Kaleng-Kaleng”, yang meskipun dibawakan oleh pemain non-profesional, tetap menghadirkan akting yang memukau dan kerjasama tim yang solid. Improvisasi dan kolaborasi di atas panggung menghasilkan pertunjukan yang memikat.
Diskusi yang mengikuti pertunjukan membahas tentang “Kesenian Tradisi dan Proses Kreatif Seni Pertunjukan.” Narasumber dari berbagai latar belakang seperti Wiyono Undung Wasito, seorang dalang wayang orang Bharata, serta aktor dan musisi ternama seperti Kohar Kahler, turut menyumbangkan pandangan mereka tentang pentingnya melestarikan budaya Betawi, khususnya seni lenong.
Undung Wasito menyoroti pentingnya memahami konvensi budaya, bahasa, dan pakem lenong sebagai bagian dari upaya melestarikan warisan budaya. Lenong, sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional Betawi, terus mengalami transformasi untuk tetap relevan di era modern.
Grup Teater Alam Sinema juga mengambil langkah-langkah inovatif dengan memperkenalkan lenong kepada generasi muda, dengan menyajikannya dalam format yang lebih kekinian. Dengan demikian, lenong tidak hanya tetap eksis, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk mengeksplorasi dan menghargai warisan budaya mereka.
Dalam penutup acara, Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, Eddie Karsito, menegaskan bahwa melalui pemahaman terhadap seni dan budaya, generasi penerus akan lebih terbuka terhadap perbedaan dan keberagaman. Hal ini tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga di tingkat internasional, di mana penghargaan terhadap keberagaman akan membawa manusia untuk bersatu tanpa memandang perbedaan suku, ras, atau agama.
Pertunjukan lenong yang menjadi bagian dari acara “Kenduri Urban Humanity” tidak hanya sekedar hiburan semata, tetapi juga menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan kebudayaan dan menginspirasi generasi muda untuk mencintai serta melestarikan warisan budaya bangsa.
Dengan demikian, upaya untuk menjaga keberagaman dan kekayaan budaya lokal terus dilakukan, sebagai bentuk penghormatan terhadap akar-akar budaya yang menjadi pondasi dari identitas kita sebagai bangsa.