Pasangan Pemulung Rasmin dan Saminem Menikah, Bukti Cinta Tak Kenal Batas

 Pasangan Pemulung Rasmin dan Saminem Menikah, Bukti Cinta Tak Kenal Batas

Oplus_131072

Bekasi, Telescopemagz.com | Pada Selasa, 26 November 2024, pasangan Rasmin (44) dan Saminem (67) resmi menikah dalam sebuah prosesi sederhana namun penuh makna. Keduanya adalah pemulung binaan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan yang berpusat di Perumahan Kranggan Permai, Jatisampurna, Kota Bekasi.

Rasmin, pria asal Desa Pakusamben Babakan, Cirebon, Jawa Barat, dan Saminem, perempuan asal Desa Karangsari Panajung, Pangandaran, Jawa Barat, bersatu dalam ikatan suci pernikahan. Momen ini menjadi simbol penguatan martabat manusia, sekaligus menekankan pentingnya pernikahan sebagai jalan untuk menjaga kehormatan dan menjauhi perilaku yang tidak sesuai ajaran agama.

Pernikahan sebagai Benteng Kehormatan

“Pernikahan itu mulia karena merupakan cara terbaik menjaga kehormatan dan terhindar dari hal-hal yang dilarang agama,” ungkap Eddie Karsito, Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan.

Menurut Eddie, salah satu misi yayasan ini adalah membentengi para pemulung, khususnya perempuan, dari risiko penyimpangan sosial dan kejahatan seksual. “Upaya kami ini adalah untuk mencegah penyimpangan, termasuk risiko seks bebas di antara sesama pemulung yang hidup di kondisi rentan,” tambahnya.

Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, lembaga nirlaba yang membina ratusan pemulung di Bekasi dan Bandung, juga menyantuni kaum dhuafa, fakir miskin, serta anak yatim non-panti. Banyak dari mereka adalah perempuan lanjut usia, termasuk yang berusia hingga 97 tahun.

Menjaga Martabat di Tengah Hidup yang Rentan

“Para pemulung hidup dalam kondisi penuh tantangan, sering kali tinggal di gubuk-gubuk, bahkan di kolong jembatan. Kami ingin menjaga martabat mereka agar tetap mulia, dengan menjadikan agama bukan sekadar aturan atau ritual, tetapi aksi nyata melalui pelayanan,” jelas Eddie.

Ia menambahkan, pernikahan sesuai syariat Islam merupakan hak dan kewajiban setiap insan, termasuk pemulung. “Peringatan suci ini membawa pesan bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama di hadapan Allah SWT, tanpa memandang status sosial.”

Membangun Keluarga Sakinah di Tengah Kesederhanaan

Eddie berharap pernikahan ini menjadi langkah awal bagi pasangan Rasmin dan Saminem untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, meski hidup dalam kesederhanaan sebagai pemulung. “Konsep keluarga ideal adalah menciptakan hubungan yang penuh cinta kasih dan ketentraman, meski mereka hidup di bawah garis kemiskinan,” tutup Eddie.

Kisah pernikahan Rasmin dan Saminem adalah pengingat akan pentingnya menjaga martabat manusia dan membangun kehidupan bermakna, meskipun berada dalam kondisi yang serba terbatas.***

ibnu

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *