Sehat dan Bahagia di Usia Senja

 Sehat dan Bahagia di Usia Senja

Telescopemagz.com – Hidup sehat di usia lanjut atau lansia adalah harapan setiap orang tentunya. Namun sayangnya, tak semua lansia memiliki tubuh yang sehat. Masih banyak, lansia yang mengalami gangguan kesehatan. Menurut Ketua Perhimpunan Gerontologi Medik (Pergemi), DR.Dr. Czeresna H. Soejono, SpPD-KGer, Mepid, gangguan kesehatan yang sering mengintai para lansia adalah yang berhubungan dengan penyakit degeneratif seperti osteoartrosis (pada lutut, ankle, bahu, pangkal paha, atau ruang tulang belakang mulai dari leher hingga tulang ekor, atau daerah lain), demensia, parkinson’s disease, keganasan. Penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung, kardiomiopati, kanker, gangguan ginjal, serta penyakit infeksi sering juga menyerang mereka.

“Dalam perjalanan usia mereka, biasanya bertahap mereka mengidap penyakit kronik yang sebagian terkendali dan sebagian tidak atau kurang terkendali. Jika seiring dengan hal tersebut, mereka terkena suatu kondisi akut atau acute insult, maka mereka bisa sakit berat disertai penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas mendasar sehari-hari. Ketika mereka harus dibawa ke rumah sakit inilah, muncul berbagai kondisi yang disebut sebagai geriatric giants mau pun geriatric syndrome. Geriatric giants misalnya delirium atau sama dengan acute confusional state, inkontinensia, imobilitas, jatuh, instabilitas postural, depresi, decubitus. Geriatric syndrome misalnya innanition, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, impecunity, isolation, impotensia, cognitive impairment, dan sebagainya, “ papar Soejono.

Cara mencegah datangnya penyakit-penyakit tersebut, disebutkan Soejono, jawabannya gampang-gampang susah, sebab jika Anda mengharapkan bahwa untuk setiap jenis penyakit ada cara spesifik untuk mencegahnya maka Anda akan kecewa. Secara umum jika Anda menjalankan pola hidup sehat secara baik dan benar maka Anda akan bisa terbebas dari sebagian  besar penyakit yang disebutkan di atas. Misalnya, makanlah yang seimbang dan jangan berlebihan (lebih baik mencukupkan 75-80% dari biasanya yang anda anggap cukup). Seimbang maksudnya antara sumber energi, karbohidrat, protein, lemak. Selain itu pastikan variabilitasnya memadai agar kandungan mikronutriennya cukup, jika perlu mengonsumsi vitamin- mineral secara moderat. Jangan lupa mengonsumsi serat secukupnya.

“Karbohidrat kompleks lebih dipilih dari pada karbohidrat sederhana. Upayakan mengonsumsi empat porsi buah sehari semalam. Kurangi makanan deep fried, perbanyak protein dari ikan kemudian unggas, kemudian telur, dan jangan tinggalkan protein nabati. Susu dan produk susu juga penting. Makanan yang ditumis, atau dipepes, dikukus, atau direbus mau pun panggang lebih dipilih dari pada yang deep fried. Sebaiknya porsi makanan dibagi dalam 3 makanan utama dan 2 makanan selingan.”

Soejono juga menyarankan, lansia punya waktu untuk olahraga yang low impact, yang menjamin kelenturan persendian, menjamin kelenturan otot. Olahraga yang meningkatkan kemampuan kardiorespirasi juga baik, yang penting jangan terlalu membebani sendi ankle, lutut, panggul mau pun bahu. Olah raga teratur selama 20-30 menit yang dilakukan tiga – empat kali seminggu amat baik untuk menjaga kebugaran tubuh. Upayakan cukup istirahat, jangan merokok, periksakan tekanan darah secara teratur. Demikian pula kadar gula, kadar lemak darah, kadar asam urat serta fungsi organ vital anda melalui check up teratur. Periksakan juga kondisi gigi-geligi setiap enam bulan sekali walau pun tidak ada keluhan. “Terpenting juga hidup berpikiran positif dan mengelola stres dengan bijak,” serunya.

Bila kita tinggal serumah dengan anggota keluarga yang telah berusia 80 tahunan, maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, persiapan dan perhatian yang diperlukan. Tentu saja bila terdapat kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan cidera atau kecelakaan yang berkaitan dengan berbagai kemunduran yang terjadi. Misalnya, jika pada keluarga usia lanjut terdapat kesulitan berjalan atau ada instabilitas postural maka tentu perlu perhatian terhadap permukaan lantai atau halaman yang tidak rata seperti berbatu-batu, adanya karpet yang ujungnya terlipat, perbedaan tinggi lantai (‘undakan’), tangga, dan sebagainya. Sedapat mungkin mereka tinggal di lantai dasar, jangan di lantai dua. Bila menaiki atau menuruni tangga maka perlu dijaga, terutama saat turun tangga. Keadaan-keadaan tersebut juga berhubungan dengan berkurangnya faal penglihatan mereka.

Kejadian jatuh paling sering terjadi di dalam kamar mandi atau  toilet atau di daerah sekitarnya. Selain lantai yang mungkin licin, tidak ada pegangan di tempat yang mereka lalui, atau ketinggian toilet yang tidak sesuai merupakan faktor yang sering berperan. Lantai yang licin sehabis dibersihkan dengan pel dan belum kering, atau adanya mainan yang berceceran di lantai namun lepas dari penglihatan mereka juga dapat mengakibatkan jatuh. Sofa di ruang tamu atau ruang keluarga dapat juga menimbulkan persoalan. Karena sangat lembut atau  empuk, maka saat warga usia lanjut menduduki sofa tersebut, sudut pada fossa poplitea akan lebih kecil dari 90 derajat. Sehingga ketika harus berdiri akan dibutuhkan energi ekstra untuk ekstensi lutut, namun mereka tidak kuat sehingga akhirnya jatuh terjerembab.

“Selain faktor-faktor fisik, beberapa hal yang berkaitan dengan komunikasi juga potensial menimbulkan masalah. Yang paling mudah dikenali adalah ketika mulai terdapat gangguan pendengaran, sudah barang tentu informasi yang disampaikan dan yang diterima bisa berbeda. Upayakan ketika berbicara dengan mereka, sambil bertatapan wajah dan jangan berbicara terlalu cepat. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada mereka untuk membaca gerak bibir kita. Keluarga kita yang sudah berusia lanjut acap kali mengalami kesulitan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan mereka seutuhnya. Boleh jadi hal tersebut karena mereka tak mampu menemukan ekspresi yang tepat, akibat perubahan faal kognitif, namun bisa juga karena mereka merasa enggan untuk menyampaikan keinginan mereka, karena takut merepotkan. Padahal sebagian besar dari anak atau cucu merasa sangat ingin menyenangkan mereka, walau pun di kaca mata sebagian orang hal tersebut merepotkan, namun tidak merepotkan di mata keluarga.  Keluarga harus lebih peka terhadap kebutuhan dan keinginan mereka,” terang Soejono.

Jika keterbatasan fisik dan psiko-kognitif mereka sudah sedemikian berat, tetap upayakan mereka terlibat dengan aktivitas psikososial keluarga. Walau pun mereka menghabiskan sebagian besar waktu di tempat tidur, selain aktivitas jasmani yang tetap dilaksanakan, maka setiap jadwal makan utama setidaknya mereka dibawa atau “didorong” ke ruang makan keluarga atau dibawa ke ruang keluarga. Ini dimaksudkan agar tetap dapat bersosialisasi dengan semua anggota keluarga. Jika kita hendak pergi maka luangkan waktu untuk berpamitan sambil mencium atau memeluk atau menyentuh dengan afeksi. Hal-hal yang lebih spesifik harus disesuaikan dengan rekomendasi ahlinya.(Ar)

 

 

ibnu

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *